Sajak Karut - Marut / Khurafat

Oleh Zolkharnain Abidin Al-Abyadhi

 Pembaca sajak itu membaca bait sajak berbunyi, "Allah menapis darah-darah munafik". Dari sumber mana ungkapan karut ini diambil? Sajak apa berungkapan karut sebegitu?

Sejak bila pula Allah menjadi Tuhan yang "menapis darah-darah munafik?" Dalam al-Quran, Allah sebut Dia adalah Tuhan yang menjanjikan azab dan mengazab golongan itu dalam neraka.

Oh itu metafora. Biasalah sajak penuh dengan metafora. Kalau ungkapan berbunyi, "Pemuda bertanjak itu mendayung cita-citanya di muara perjuangan", bolehlah diterima sebagai metafora atau majaz.

Tapi ungkapan Allah menapis darah-darah munafik, ini ungkapan karut apa? Nak dikata majaz, apa majaznya? Dimana indahnya majaz itu?

Setiap majaz ada makna terselindung. Apa makna terselindung di sebalik majaz ungkapan tadi?

Bolehkah nama Allah dimasukkan dalam sebuah ungkapan majaz yang karut sebegitu?

Majaz bertujuan menimbulkan kesan mendalam dari sudut makna dalam sesuatu ungkapan.
Apabila ungkapan majaz dikaitkan dengan nama Allah, sepatutnya ungkapan itu menambahkan perasaan penghayatan keagungan Allah dalam ketuhanannya.

Tapi ungkapan Allah menapis darah-darah munafik tidak menggambarkan keagungan Allah atau menambahkan perasaan untuk mengagungkan Allah.

Sebaliknya ungkapan itu seolah-olah meletakkan Allah sebagai Tuhan sekadar penapis darah munafik sedangkan Allah adalah Tuhan Maha Perkasa yang tiada tolok bandingnya.

Bagi pembaca dan penulis sajak itu, Allah hanya sekadar penapis darah munafik saja?

Sudah-sudahlah kamu menjual agama, menjual ayat al-Quran demi hayat politik kamu.
Kini kamu nak jual nama Allah pula?
Share on Google Plus

About Editor Akhbar Rakyat

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Catat Ulasan